Media Massa dan Konvergensi Media Massa

Menanggapi artikel :

Henry Jenkins, Convergence Culture : Where Old Media and New Media Collide. New York University Press.

Chapter 4 : Quentin Tarantino’s Star Wars ? Grassroots Creativity Meets the Media Industry

Abstrak

Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi dimana Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaiam, bangunan, dan karya seni.[1] Dari definisi tersebut dapat kita persempit lagi artinya dengan menafsirkan budaya sebagai sebuah warisan kebiasaan yang meliputi pola perilaku sehari-hari kita. Budaya memiliki suatu siklus, yaitu budaya berasal dari masyarakat, kemudian diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat, lalu kembali membentuk masyarakat yang lebih luas. Dengan kata lain, budaya tidak bisa lepas dari masyarakat.

Budaya yang berasal dari masyarakat berlangsung secara turun-menurun (warisan) yang menjamur kemudian menjadi identitas dari suatu masyarakat tersebut. Budaya turun-temurun tersebut biasa dikenal dengan sebutan budaya rakyat dimana didalamnya terdapat bentuk-bentuk warisan budaya seperti hikayat, dongeng, mitos, legenda, dan sebagainya. Di dalam kesemua hal tersebut tersalurkan nilai-nilai luhur mengenai hal-hal yang harus dipahami dan diterapkan dalam kehidupan serta apa yang harus dihindari agar hidup bahagia. Dari budaya turun-temurun itu, kemudian berubah menjadi nilai-nilai yang diterapkan dalam kebudayaan sekarang yaitu budaya massa. Budaya massa adalah produk kebudayaan yang terus menerus direproduksi sekaligus dikonsumsi secara massal, sehingga industri yang tercipta dari budaya massa ini berorientasi pada penciptaan keuntungan sebesar-besarnya dimana budaya massa ini adalah sebagai akibat dari kritik atas budaya tradisional, dimana budaya tradisional ini muncul dan berasal dari masyarakat itu sendiri dan tidak terikat atau tergantung pada media massa.[2] Dapat disimpulkan bahwa, budaya massa merupakan budaya yang diciptakan dari persebaran informasi yang dilakukan oleh media massa, yang kemudian diterapkan oleh masyarakat sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya.

Penciptaan berbagai bentuk-bentuk budaya saling berkesinambungan satu sama lain. Begitupun budaya massa yang tercipta, kemudian menciptakan suatu konvergensi budaya yang berasal dari konvergensi media massa. Budaya yang berbeda-beda kini sudah melebur menjadi suatu budaya dalam konteks yang lebih luas. Misalnya, budaya daerah kini telah melebur menjadi budaya kesatuan Indonesia. Informasi yang disebarkan secara konvergen, menciptakan pemikiran budaya-budaya baru yang sifatnya juga konvergen. Masyarakat yang tidak terjamah informasi, kini dapat memperoleh informasinya lewat konvergensi yang dilakukan oleh media dengan menciptakan media-media baru yang sifatnya accessable dan pada akhirnya mensosialiasikan hal-hal baru yang berujung pada terciptanya budaya baru.

Pembahasan

Media Massa dan Konvergensi Media Massa

(Folk Culture, Mass Culture, Convergence Culture)

Kebutuhan Akan Informasi

Manusia merupakan makhluk hidup yang memiliki kelebihan istimewa dibandingkan dengan makhluk lainnya, karena manusia memiliki akal dan tingkat intelegensi yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Akal budi tersebut menggerakan manusia untuk memenuhi kebutuhannya untuk bertahan hidup. Selain kebutuhan fisik seperti pangan, sandang, dan papan juga kebutuhan sosial seperti hidup berdampingan dengan manusia lain yang juga menjadi hakikat manusia sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kebutuhan lain yang tak kalah penting yaitu kebutuhan akan informasi. Kebutuhan akan informasi, membuat manusia mengetahui apa yang tidak ia ketahui, dan memperkuat dan mengubah keyakinan yang telah dimiliki sebelumnya. Dengan manusia yang menjadi tahu itulah, yang kemudian mendorong manusia untuk mencari cara untuk bertahan hidup seperti, bagaimana mencari nafkah, apa yang harus dilakukan untuk mencari pasangan hidup, apa yang harus diperbuat untuk menjadi individu yang berguna, termasuk bagaimana memperoleh ilmu yang kemudian nantinya akan dipergunakan untuk kepentingan pribadi dan umum.

Dari situlah dibutuhkan upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut yaitu bagaimana kita memperoleh informasi yang kita butuhkan untuk menjawab semua pertanyaan untuk menjalani hiup atau memperbaiki kualitas hidup itu seniri. Untuk itu diperlukan media yang dapat memenuhinya yang sampai sekarang sangat terasa fungsinya yaitu media massa.

Media Massa dan Fungsi Transmisi Kulturalnya

Media massa erat kaitannya dengan komunikasi massa, dimana komunikasi massa menggunakan media untuk memberikan informasi dan persuasi terhadap massa. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa media massa adalah media atau saluran yang digunakan untuk menyebarkan informasi baik cetak maupun elektronik, baik hanya untuk tujuan informatif (termasuk hiburan) ataupun persuasif (bahkan propagana) dengan mengandalkan peralatan teknis untuk menjaring massa sebanyak-banyaknya dimana pelaksanaannya dilakukan oleh pers yang bergerak dibawah kode etik dan lembaga pers.

Media seperti yang kita ketahui terbagi menjadi dua pada umumnya, yaitu media cetak yang berupa koran, majalah, tabloid, dan media elektronik yaitu televisi, radio, termasuk internet di dalamnya. Ada beberapa fungsi media massa yang dapat diklasifikasikan diantaranya to inform (menginformasikan), to entertain (menghibur), dan to persuade (mempengaruhi) oleh Harold D. Laswell serta Pengawasan (Surveillance), Menghubungkan (Correlation), Transmisi Kultural, (Cultural Transmission), dan Hiburan (Entertainment) menurut Wright. Dari fungsi yang telah disebutkan diatas, yang akan saya coba telisik lebih dalam yaitu fungsi media massa sebagai transmisi kultural. Media sebagai kekuatan strategis dalam menyebarkan informasi merupakan salah satu otoritas sosial yang berpengaruh dalam membentuk sikap dan norma sosial suatu masyarakat. Media massa bisa menyuguhkan teladan budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.[3] Pernyataan tersebut dapat kita kaitkan dengan media massa yang juga memiliki peran dalam mensosialisasikan nilai dan norma yang ada.

Lewat media, kini dapat kita lihat beberapa informasi yang disuguhkan menggambarkan perilaku-perilaku atau sikap-sikap yang ada, yang merefleksikan suatu penerapan nilai dan norma dalam kehidupan. Hal tersebut dapat kita ilustrasikan dengan program-program televisi misalnya. Program televisi kini sudah mulai menampilkan refleksi budaya barat yang sekarang menjamur menjadi budaya baru di Indonesia. Misalnya, cara berpakaian, cara berbicara, penggunaan bahasa asing dalam percakapan sehari-hari, sampai kekerasan dan asusila. Dalam sisi positif, budaya barat yang high-tech dan modern memberi dampak positif berupa modernisasi yang berbasis teknologi untuk memajukan seluruh aspek kehidupan dimana akhirnya dapat memajukan stabilitas negara. Begitu besarnya kekuatan media massa yang mampu mensosialisasikan nilai-nilai barat tersebut, dimana kini menciptakan suatu budaya baru yang berbeda arah dengan buaya timur yang kita anut sebagai salah satu sisi negatifnya. Budaya-budaya hidup glamor ala selebriti hollywood misalnya, yang divisualisasikan lewat tayangan-tayangan televisi kini menjamur menjadi gaya hidup masyarakat kota seperti narkoba, minuman keras sampai seks bebas.

Konvergensi Media

Seperti yang telah dijelaskan diawal, media terbagi menjadi dua yaitu media cetak dan media elektronik. Untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan, masyarakat harus memilih salah satu dari kedua jenis media tersebut. Misalnya, ketika bangun tidur dan membuka pintu rumah, masyarakat dapat memperoleh informasi untuk membuka harinya dengan harian pagi yang biasanya dikirim sekitar pukul enam, baik alam berbentuk koran ataupun majalah. Kemudian, diperjalanan menuju tempat beraktivitas seperti kantor ataupun kampus (sekolah), penikmat berita dapat menikmati berita yang disajikan lewat stasiun radio. Begitupun setelah selesai beraktivitas, ketika sampai dirumah, bahkan sebelum tidur, masyarakat dapat kembali memperoleh informasi lewat tayangan-tayangan atau program-program televisi.

Namun, di era globalisasi seperti ini dimana arus informasi harus bergerak cepat, dibutuhkan suatu penggabungan berbagai media yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Tidak bermaksud untuk mengintimidasi fungsi dari media-media massa secara terpisah, namun kini kita sudah dapat “membaca harian”, “mendengar siaran radio”, sampai “menyaksikan suatu tayangan” hanya menggunakan satu media saja. Media-media yang terbilang tradisional tersebut, kini melebur menjadi satu dan terwujud lewat adanya internet. Penggabungan media-media tersebut, yang kita kenal dengan sebutan konvergensi media. Fenomena jurnalisme online sekarang ini menjadi contoh menarik. Khalayak pengakses media konvergen alias ”pembaca” tinggal meng-click informasi yang diinginkan di komputer yang sudah dilengkapi dengan aplikasi internet untuk mengetahui informasi yang dikehendaki dan sejenak kemudian informasi itupun muncul.[4]

Dengan adanya konvergensi media, komunikasi massa menjadi lebih efektif dan mampu menjaring massa lebih banyak. Konvergensi media ini, juga sangat terasa manfaatnya dalam bidang periklanan. Lewat konvergensi media ini, iklan dapat lebih spreadable untuk merengkuh banyak massa demi tercapainya tujuan dari iklan tersebut, baik profit maupun non-profit. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai produk-produk yang tadinya hanya dipasarkan di media cetak karena biaya yang lebih murah dibandingkan apabila harus beriklan di televisi, kini dapat dikenal lebih luas lagi, karena adanya media internet.

Bentuk konvergensi lain misalnya, lembaga media yang kini melebarkan sayapnya untuk menciptakan media-media baru. Dapat kita jadikan contoh, harian Kompas, kini bukan hanya terbit sebagai suatu media cetak sehingga kita harus membeli korannya, tetapi kini juga merambah dunia maya untuk mempublikasikan hasil kerja jurnalisnya yaitu www.kompas.com. Hal ini sama-sama menguntungkan baik bagi penikmat maupun Kompas itu sendiri. Apabila masyarakat tidak memiliki jaringan internet, maka masyarakat tetap dapat menikmati berita atau informasi dengan membeli harianya. Sedangkan para pegawai yang sibuk dan tidak memiliki waktu untuk membeli dan membaca koran, dapat memperoleh informasi yang dibutuhkannya lewat internet yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Begitupun yang dilakukan oleh stasiun radio Elshinta yang kini menerbitkan majalah bisnisnya, kemudian tabloid Genie yang kini memiliki program infotainment di televisi untuk memberitakan tentang kehidupan selebritis seperti yang terdapat di tabloidnya, dan masih banyak lagi contoh konvergensi media lainnya. Sehingga kini audiens memiliki high-power untuk memilih media mana yang ingin digunakan. Konvergensi media memungkinkan audiens (khalayak) media massa untuk berinteraksi dengan media massa dan bahkan mengisi konten media massa. Audiens sekarang dapat mengontrol kapan, di mana dan bagaimana mereka mengakses dan berhubungan dengan informasi, dalam berbagai jenisnya.[5]

Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat kita lihat mengenai kekuatan yang dihasilkan oleh media massa. Media massa memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan dan perkembangan masyarakat. Hal tersebut merupakan hasil dari sosialisasi dan realisasi yang dilakukan oleh media massa terhadap nilai-nilai yang ada dalam budaya masyarakat itu sendiri.

Sebagai masyarakat yang kritis, sudah seharusnya kita dengan bijak memilih dan menerima informasi mana yang beredar di masyarakat. Sudah seharusnya juga kita memilah-milah informasi mana yang sifatnya berguna, atau hanya mengotori pikiran kita saja seperti hoax atau spam. Apalagi di zaman sekarang, dimana kini dapat kita temukan adanya campur tangan oknum-oknum kepentingan sehingga informasi atau berita tidak lagi murni. Oleh sebab itu, agar kita tiak terjerumus oleh informasi-informasi yang tidak bermanfaat tersebut.

Imbas globalisasi juga sangat berdampak pada media, khususnya menjadi salah satu hal yang melatarbelakangi konvergensi lewat adanya teknologi. Pengertian globalisasi sebagai suatu era atau wadah pemersatu, erat kaitannya dengan konvergensi media ini. Informasi yang dulu sifatnya terpisah-pisah dapat berujung menjadi suatu kesatuan yang menghantarkan suatu informasi secara utuh tanpa kita harus bersusah-susah untuk mendapatkannya sekarang.

Kembali pada diri masing-masing. Hal-hal diatas mungkin saja memiliki kontroversi dibelakangnya. Namun tergantung bagaimana kita menilainya, dan bukan menjadikannya sebagai media untuk saling memprovokasi tetapi media pemersatu yang memberikan manfaat bagi setiap orang yang menggunakannya. Apabila hal-hal tersebut digunakan dengan bijak dengan tujuan baik, maka akan berbuah baik, begitupun sebaliknya.




[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya

[2] http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/16/budaya-massa-mass-culture/

[3] http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&view=article&id=1330:pengaruh-media-massa-terhadap-masyarakat&catid=63:sosial&Itemid=69

[4] http://abunavis.wordpress.com/2007/12/09/tantangan-masa-depan-konvergensi-media/

[5] http://satrioarismunandar6.blogspot.com/2010/11/memahami-konvergensi-media-media.html

This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *